Sabtu, 16 Juni 2012

Mengenal Burung Puyuh

1. SEJARAH SINGKAT

Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga Gemak (Bhs. Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut “Quail”, merupakan bangsa burung (liar) yang pertama kali diternakan di Amerika Serikat, tahun 1870. Dan terus dikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia puyuh mulai dikenal, dan diternak semenjak akhir tahun 1979. Kini mulai bermunculan di kandang-kandang ternak yang ada di Indonesia.


2. JENIS

Kelas : Aves (Bangsa Burung)
Ordo : Galiformes
Sub Ordo : Phasianoidae
Famili : Phasianidae
Sub Famili : Phasianinae

Ada beberapa jenis puyuh yang hidup di bumi, berikut beberapa penjabaran karakteristik dan potensi puyuh yang ada di dunia:

a. Puyuh Jepang (Coturnix coturnix javanica)

Puyuh jepang merupakan salah satu puyuh atau bahkan satu-satunya puyuh berpotensi untuk dikembangkan. Puyuh ini dikenal dengan nama puyuh jepang karena memang berasal dari jepang.

Jenis puyuh ini juga paling banyak diternakkan di Indonesia. Puyuh ini mampu menghasilkan telur sebanyak 250-300 butir per ekor per tahun. Bobot tubuhnya bisa mencapai 150 gram per ekor. namu, puyuh betina berukuran lebih besar dari pada puyuh jantan. Pada umur 42 hari, puyuh betina sudah mulai bertelur dan mencapai puncak prosuksinya pada umur 3-6 bulan. Selanjutnya mulai menurun pada umur 14 bulan dan berhenti bertelur pada umur sekitar 30 bulan.

b. Puyuh Cina (Coturnix chinensis)

Puyuh ini hidup di wilayah daratan Cina, India, Asia Tenggara, hingga Papua Nugini. Di Indonesia, puyuh ini ditemukan di Pulau Jawa, Bali, dan Sulawesi. Mereka hidup di dalam kelompok kecil di padang rumput, persawahan sehabis panen, dan tanah pertanian yang belum ditanami.

Burung puyuh ini berukuran kecil, panjangnya hanya sekita 15 cm. Bulunya didominasi warna cokelat dengan bagian punggungnya berwarna coklat keabu-abuan dengan garis putih. Pada puyuh jantan, bulu bagian tenggorokan berwarna hitam dan bergaris putih. Sementara itu, warna, warna bulu puyuh betina lebih terang, terutama dibagian wajah, dada, dan perut.

c. Puyuh Tegalan (Turnix susciatori)

Puyuh tegalan banyak dijumpai di wilayah Jawa, Sumatera, Bali, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Puyuh ini banyak ditemukan di dataran tinggi Indonesia. Ciri khas puyuh ini diantara kaki dan paruhnya berwarna abu-abu, bagian punggungnya berwarna coklat keabuan berbintik dan berhari putih, serta bagian dada, leher, dagu berwarna hitam.

Setiap bertelur, puyuh ini bisa menghasilkan 3-4 butir telur. Uniknya, puyuh jantan yang bertugas untuk mengerami telur. Namun, jenis ini jarang ditemukan karena sifat kanibalnya sangat tinggi.

d. Genggong Jawa (Arborophila javonica)

Puyuh ini biasa hidup di hutan-hutan atau padang rumput terbuka. Puyuh ini memiliki karakteristik fisik diantaranya warna bulu kemerahan dan coklat. Dibagian mata terdapat tanda melingkar berwarna hitam.

e. Puyuh Mahkota (Rollulus roulroul)

Puyuh ini memiliki mahkota yang cukup indah, sehingga banyak dipelihara sebagai burung hias. Mahkota berwarna merah terang menghiasi kepala puyuh jantan. Sementara itu, betina tidak memiliki mahkota. Bulunya didominasi warna hijau mengilap dengan bagian perut, dada, dan ekor berwarna kebiruan.

Di Indonesia, puyuh jenis ini banyak ditemukan di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Mereka menghuni hutan dan sekitar rumpun banbu. Telur yang dihasilkan berwarna putih kekuningan dan sarangnya dibangun di atas tanah.

Selasa, 29 Mei 2012

Puyuh dalam Berita

Ubah Nasib dengan Asa dan Usaha
Minggu, 18 Maret 2012 11:00:18 Ubah Nasib dengan Asa dan Usaha
blokBojonegoro.com - Rezeki akan datang apabila kita mau berusaha. Itulah yang menjadi semangat Suparman (50) warga Sawunggaling, Bojonegoro dalam merintis usahanya.

Berawal dari keinginan istrinya untuk berwirausaha, membuat bapak dua anak yang sebelumnya sebagai karyawan di Jakarta  ini memiliki ide untuk berternak burung puyuh. Dengan modal awal sebanyak 500 ekor burung puyuh. Kini, omzet yang didapat mencapai Rp 200.000- Rp 300.000/hari.

Usaha yang sudah digelutinya sejak tahun 1999 ini kini berkembang cukup pesat. Perusahaannya bisa melayani pesanan telur, bibitan, kandang, afkiran (burung puyuh yang sudah tidak bertelur dan dimanfaatkan dagingnya). "Khusus untuk afkiran, permintaan bisa mencapai 1000 ekor perorang," ujar pria yang juga merupakan Ketua Kelompok Peternak  Burung Puyuh Kabupaten Bojonegoro ini.

Permintaan pun tak hanya datang dari lokal Bojonegoro. Namun, banyak juga yang datang dari Rengel, Tuban, Cepu dan beberapa kota lain.

Baginya, tidak ada satu bagian pun yang dibuang sia-sia. Bahkan kotoran burung puyuh peliharaanya juga bisa  dimanfaatkan sebagai makanan ikan yang sengaja ia pelihara di tambak (kolam) belakang rumah. "Ada sekitar 8.000 ekor ikan nila, bader, tombro, jambal dan lain-lain," jelasnya.

Ia mengaku tidak mendapatkan kendala selama memelihara burung puyuh miliknya. Bahkan, saat ini burung puyuh di kandang yang berada tak jauh dari rumahnya tersebut sudah mencapai 8.000 ekor.

Dari jumlah tersebut burung puyuh yang dapat bertelur mencapai 80-90 %. Sehingga, ia dapat memanen 50-60 kilogram telur tiap harinya. "Untuk harga perkilogrannya Rp 18.000," imbuhnya.

Untuk mengantisipasi kemungkinan penyakit dan lainnya. Suparman rajin melakukan pembersihan kandang dalam maupun luar. Memberikan vaksinasi rutin empat bulan sekali. Dan mengikuti penyuluhan dan pembinaan dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bojonegoro. Namun, ia juga sempat merugi saat banjir besar melanda kabupaten Bojonegoro ditahun 2008 lalu. Burung puyuh miliknya sebanyak 3.500 ekor habis.

Suparman's First Posting

Assalammu'alaikum Wr. Wb.

Puji Syukur kehadirat Allah SWT karena saya telah berhasil membuat blog pribadi pertama saya. Ini adalah posting pertama saya di blog ini. Nantinya blog ini akan saya isi dengan artikel-artikel seputar dunia peternakan puyuh yang sedang saya kerjakan ini. Semoga dapat bermanfaat. Terimakasih